Penguburan Oei Tiong Ham
Kemawahan hidup yang ultra mewah itu barang tentu hanya
dimungkinkan karena kekayaan Oei Tiong Ham sendiri yang luar biasa banyaknya.
Sementara sumber mengatakan bahwa pada tahun 1915 jumlah pendapatannya saja
tiap tahun telah mencapai dua milyun gulden dan dengan pendapatan sebesar itu
sementara pihak telah menyatakan bahwa ia merupakan orang yang paling kaya
sendiri diseluruh Hindia Belanda.
Sebagai seorang yang kaya raya Oei Tiong Ham tidak sedikit
terdengar sering memiliki adat kebiasaan yang rada aneh. Di samping setiap pagi
selalu menghabiskan waktunya selama dua jam dengan mengurung diri di kamar
sembahyangnya yang teratur dan rapi, untuk sarapan paginya Oei Tiong Ham
memulai acaranya dengan makan sejumlah kecil buah mangga atau buah pepaya,
diikuti dengan semangkuk bubur panas dan sebagai klimaksnya dengan menyantap
enam buah telur goreng dan beberapa iris makanan segar yang diberi lemak babi,
serta ditutup dengan minum beberapa mangkok teh. Untuk menenangkan rasa tegang-nya
setelah makan semua-nya itu Oei Tiong Ham juga tercatat telah memerlu kan untuk
merokok dua buah cerutu yg tebal dan besar bentuknya.
Tidak ubahnya dengan orang-orang kaya pada zaman itu, Oei Tiong
Ham juga mempunyai banyak isteri. Jumlah seluruh isterinya tidak tanggung-tanggung
- ada delapan orang banyaknya, sedang jumlah anak yang di perolehnya dari hasil
per-kawinannya dengan isteri-istri nya yang delapan orang itu, seluruhnya berjumlah
26 orang terdiri dari 13 orang anak lelaki dan 13 orang anak perempuan.
Pada tahun 1898 Oei Tiong Ham dengan resmi telah diangkat oleh
Pemerintah Hindia Belanda sebagai seorang Kapitein Tionghoa di kota Semarang.
Namun karena kesibukan perdagangannya ia cuma dua tahunan menduduki jabatan itu
dan kemudian mohon izin untuk mengundurkan diri. Walaupun demikian, sebagai
imbalan atas jasanya, Pemerintah Hindia Belanda masih merasa perlu untuk
memberikan suatu penghormatan kepadanya dan demikianlah dengan menimbang
kesibukan dan aktivitas perdagangnnya pada tahun 1901 ia telah diberi anugerah
gelaran sebagai Mayor Tituler
Dua puluh tiga tahun setelah kejadian itu, tepatnya pada tgl. 2
Juni 1924 Oei Tiong Ham telah menutup mata untuk selama-lamanya di Singapura.
Jenazah nya kemudian dibawa ke Semarang dan dimakamkan di Simongan. Tidak
dengan upacara penuh kebesaran sebagaimana layak-nya seorang hartawan Tionghoa
yang kaya raya, bahkan tercatat pernah dituding sebagai orang yang paling kaya
raya sendiri di seluruh Hindia Belanda pada tahun 1915-an, namun hanya dengan
upacara yang sederhana saja sesuai dengan permintaan yang terakhir.
No comments:
Post a Comment