Kian Gwan
Kecuali bergerak dalam bidang perdagangan
candu, semasa hidupnya Oei Tiong Ham juga telah bergerak dalam cukup banyak
bidang bidang perdagangan yang lain. Dan sekalipun benar bahwa ia telah
mendapatkan demikian banyak laba dari perdagangan candu itu, namun cabang
cabang perdagangan lain yg juga telah diusahakannya, tidak kurang pula arti pentingnya
sebagai sumber mata air yang mengalirkan laba yang tidak putus-putusnya kekhazanah
harta kekayaan nya.
Dari mendiang ayahnya — Oei Tjie Sien— Oei Tiong
Ham telah mewarisi sebuah persekutuan dagang antar famili, yang di kalan an
masyarakat Tionghoa lazim dinamakan "kongsi". dengan nama Kian Gwan
artinya "Sumber dari segala kesejahteraan".
Sebelum mendirikan Kian Gwan. Oei
Tjie Sien bergerak dalam bidang perdagangan barang-barang perniagaan yang
dibutuhkan oleh orang orang Tionghoa di Tiongkok, diantaranya dengan mengeksport
gula dan tembakau. Namun setelah Kian Gwan berdiri, Oei Tjie Sien kemudian
bergerak dalam bidang perdagangan yang jauh lebih luas lagi, yakni dengan memimpin
kongsinya bergerak dalam bidang perdagangan barang barang import yang dibutuhkan
oleh orang-orang Tionghoa di Pecinan-Pecinan, mengusahakan pegadaian serta
melakukan pula eksport gambir dan menyan, yang mana Kian Gwan telah berhasil
merenggut banyak keuntungan.
Ketika Kian Gwan jatuh pimpinanannya ke
tangan Oei Tiong Ham. maka kongsi itu telah berhasil berkembang dengan sangat
pesatnya dan
dari padanya Oei Tiong Ham telah banyak sekali mendapat keuntungan yang tiada
ternilai besarnya. Sebagai seorang pedagang Oei
Tiong Ham boleh dikatakan merupakan seorang wiraswasta yang sejati. Hal ini
dapat dilihat dari politik yang telah dilakukannya selama ia memegang pucuk
pimpinan Kian Gwan.
Oei Tiong Ham telah melanjutkan usaha
ayahnya untuk memasukkan mereka yang tidak tergolong dalam rumpun familinya untuk
mengurusi management dari kongsinya, sekalipun Kian Gwan merupakan sebuah
kongsi famili, dan dengan usaha ini ia telah berhasil mendirikan cabang-cabang
perusahaannya yang baru di Jakarta dan Surabaya.
Di samping itu ia juga dengan gigih telah menuntut
mereka yang tidak mampu membayar utangnya ke pengadilan, dan dengan cara ini
pula akhirnya ia telah berhasil memiliki tiga buah pabrik gula dalam beberapa
tahun saja setelah ia memegang pucuk pimpinan Kian Gwan.
No comments:
Post a Comment