Oei Hui Lan
Menurut Mr. Jusup
Wibisono. kepala sekolah HIS yang menceritakan mengenai filsafat Oei
Tiong Ham itu kepadanya juga pernah menuturkan dalam rangkaian ceriteranya,
bahwa Oei Tiong Ham — katanya — suka sekali menceritakan mengenai kunci suksesnya kepada 'para
sahabat-sahabatnya. Dan kunci sukses itu tidak lain ialah filsafatnya tersebut di atas, bahwa "Tidak ada Pintu
Besi yang bagaimanapun tebalnya, yang tidak
bisa ditembus dengan peluru emas".
Cerita-cerita semacam itu pada masa tempo doeloe sering terdengar
di kalangan masyarakat Semarang. dengan berbagai macam variasinya. Dan masih
berkaitan dengan ceritera tersebut di atas, dari seorang penduduk kuno di kota
Semarang. Ada sebuah ceritera lain mengenai
keberanian Oei Tiong Ham sebagai seorang penyelundup candu, dan ceritera itu
menurutnya juga pernah terkenal pula pada masanya.
Adapun ceriteranya dengan
singkat dapat dituturkan sebagai berikut: Sebagai seorang pedagang
Oei Tiong Ham konon pernah merasa jengkel pada seorang pejabat pabean di kota
Semarang yang terkenal sangat keras dan jujur. Demi usahanya, untuk
menyelundupkan candu melewati pelabuhan Semarang, ia berulang kali telah
berusaha untuk mendekati dan menyogok penjabat itu, namun sekian kali pula usaha
nya selalu mengalami kegagalan total.
Namun Oei Tiong Ham tidak merasa putus asa. Sadar bahwa
filsafatnya "Tidak ada Pintu Besi yang bagaimanapun tebalnya, yg tidak
bisa ditembus dengan peluru emas" nampaknya telah mengalami kegagalan,
iapun lalu berusaha untuk mencari jalan yang lain.
Pada suatu ketika ia memerlukan untuk berbincang bincang dengan
penjabat pabean Belanda yang jujur itu Dan entah dengan cara bagaimana, dengan
kelihaiannya Oei Tiong Ham akhirnya bisa menggiring pembicaraan yang tengah di lakukannya sampai pada masalah yang
sebenarnya bersifat pribadi diantaranya mengenai gaji yang di terima oleh
penjabat pabean Belanda itu tiap bulan nya. Oei Tiong Ham pura-pura gaji
penjabat itu. "Itu terlalu kecil" katanya. "Bagaimana kalau tuan suka bekerja di perusahan
saya? Saya akan member tuan gaji empat
kali lipat".
Penjabat Belanda itu sama sekali tidak sadar bahwa tawaran itu
sebenarnya merupakan jebakan maut yang telah dipasang oleh Oei Tiong Ham,
dengan maksud agar ia bisa menyingkirkan penjabat pabean Belanda yang jujur itu
dari posnya, dan selanjut nya, jika penjabat ini telah tiada. tentunya akan
melapangkan jalan bagi usaha penyelundupan candu yg akan dilakukannya.
Menurut yang empunya ceritera, penjabat pabean Belanda itu merasa gembira benar mendengar tawaran Oei
Tiong Ham itu. Tawaran itu seketika itu juga diterimanya dan iapun lalu mengajukan
permohonan berhenti pula dari jabatannya.
Dengan tiada laginya pejabat pabean itu, Oei Tiong Ham memang terlaksana berhasil menyelundupkan banyak candu melewati
pelabuhan Semarang. Keuntungan yang diperolehnya dari penyeludupan candu itu
tidak terhitung besar-nya. Andaikata
pejabat Pabean Belanda yang jujur itu
masih berada di posnya ia tentu tidak akan
mungkin untuk memperoleh keuntungan
sebesar itu. Oei Tiong Ham seharusnya berterima kasih
pada pejabat pabean itu. Namun sesuai dengan hukum alam kenyataan sering benar berlainan dengan keharusan.
Setelah maksudnya berhasil, bekas pejabat pabean yang jujur itu setelah sementara
bekerja di perusahaannya lalu segera disepaknya dengan alasan bahwa perusahaannya
mundur. Seakan akan Oei Tiong Ham ingin membalas dendam kepadanya.
Sampai di mana kebenaran ceritera semacam itu sudah terang sangat
sulit untuk mengeceknya. Dalam kaitan ini diantara berbagai macam sifat yang
konon pernah dimiliki oleh Oei Tiong Ham sebagaimana tersebut di atas, satu
harus diakui kebenarannya bahwa Oei Tiong Ham memang merupakan seorang
pedagang yang lihay dan nampaknya memang sudah ditakdirkan untuk menjadi
seorang pedagang yang genius.
No comments:
Post a Comment